KIBLAT

Kiblat berasal dari kata “muqobalah” yang artinya arah yang dihadapi, sinonim kata wijhah. Pengertiannya dikhususkan pada suatu arah, di mana semua orang yang mendirikan shalat menghadap kepadanya.

Kiblat merujuk ke arah Ka’bah. Pada mulanya, ketika Nabi Muhammad SAW berada di Mekah, beliau mendirikan shalat menghadap ke Baitul Maqdis (Qubbah Sakhrah) di Yerusalem, yang saat itu merupakan kiblatnya kaum Yahudi (bani Israil). Kaum Yahudi selalu mencela kaum Muslimin karena mereka mengikuti kiblatnya. Celaan seperti itu menimbulkan kesedihan di hati kaum Muslimin terutama Rasulullah yang sejak awal berkeinginan agar Allah SWT memindahkan arah kiblat shalat ke Mekah (Ka’bah). Sehingga ketika shalat, beliau selalu berada di sebelah selatan Ka’bah, kemudian menghadap ke Utara. Dengan demikian beliau menghadap dua arah sekaligus.

Ketika hijrah ke Madinah, beliau hanya menghadap ke Baitul Maqdis, karena keadaannya berbeda dengan di Mekah. Beliau mengahdap ke Baitul Maqdis selama 16 bulan. Dan di dalam setiap shalatnya, beliau selalu berdo’a agar Allah SWT menjadikan Ka’bah sebagai kiblatnya. Sebab, Ka’bah adalah kiblat nenek moyangnya, Nabi Ibrahim AS.

Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menghadap ke arah kiblat yang sesuai dengan permintaan Nabi Muhammad SAW. Firman Allah SWT dalam surat al Baqarah ayat 144:

“Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit. Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”

Dalam ayat di atas disebutkan istilah Masjidil Haram bukan Ka’bah. Hal ini merupakan penjelasan bahwa di dalam mendirikan shalat, seseorang cukup dengan menghadap ke arah yang diperhitungkan lurus dengan letak ka’bah. Terutama bagi orang yang tinggal di tempat yang jauh dari Ka’bah. Sedangkan bagi orang yang ada di hadapan Ka’bah, diwajibkan menghadap ke arahnya.

Perpindahan arah kiblat ini terjadi tahun ke-2 hijrah atau tahun 624 M.

sumber http://www.pesantrenpajagalan.com


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel