Kumpulan Lengkap Informasi Tentang Kurikulum 2013 dan UN
13_04
Edit
Wawancara dengan Mendikbud
Terkait Kurikulum 2013 (Bagian 1)
Posted Thu,
12/06/2012 - 11:10 by sidiknas
Tempat :
Ruang kerja Mendikbud, Gedung A Kompleks Kemdikbud Senayan Jakarta
Hari : Rabu, 5 Desember 2012
Hari : Rabu, 5 Desember 2012
Pertanyaan : Bagaimana pengembangan Kurikulum
2013 ini?
Mendikbud : Pengembangan kurikulum ini sudah
ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
Artinya apa? Kalau ada suatu dokumen RPJMN 2010-2014, ini artinya disusun tahun
2009, berarti 2009 sudah dievaluasi, 2010-2014 harus ada penataan kurikulum.
Ini perintah RPJMN.
Dari sisi
arah, sangat-sangat jelas. Arahnya adalah peningkatan kompetensi yang seimbang
antara sikap (attitude), ketrampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge).
Tiga ini harus dimiliki. Yang dirisaukan orang bahwa anak-anak kita hanya
memiliki kognitif saja, ini yang kita jawab. Kompetensi nantinya bukan urusan
kognitif saja namun ada sikap, dan ketrampilan. Kompetensi ini didukung 4 pilar
yaitu : produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Meskipun inovatif ini
gabungan sifat produktif dan kreatif, namun kita taruh berdiri sendiri saja.
Kalau seseorang produktif dan kreatif, tidak serta merta menjadi inovatif, tapi
inovatif ini hanya bisa dibentuk kalau ada dua hal tersebut. Kalau ada beras
ada ikan belum tentu otomatis bisa dimakan,tapi kalau tidak ada beras tidak ada
ikan otomatis tidak ada yang bisa dimakan. Syaratnya ada beras, ada ikan.
Tentang
afektif ini, kita ini rindu dengan kekuatan-kekuatan moralitas, sentuhan seni.
Tentu saja dibingkai dengan ke-Indonesia-an.
Ini sesuatu
yang baru, uji publik kurikulum. Sebelumnya tidak pernah ada uji publik. Jadi
ini kita lempar ke publik. Tujuannya apa? pertama supaya publik tahu akan ada
kurikulum baru, kedua publik dapat berpartisipasi sehingga ada rasa memiliki
atau sense of belonging. Dalam partisipasi ini siapa saja boleh memberi
pandangan. Oleh karena itu paling gampang kita masukkan dalam web kita http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id.
Apakah yang
disentuh cuma mata pelajaran? Tentu saja tidak. Kalau kita bicara kurikulum,
kita harus bicara 4 hal, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar
proses, dan standar penilaian. Proses ini berarti metodologi, atau pendekatan.
Itu kurikulum keempat-empatnya, mata pelajaran hanya satu aspek saja, termasuk
buku cuma satu aspek saja.
Yang pertama
kita garap dalam penyusunan kurikulum adalah kompentensi apa yang akan kita
capai. Anak kelas I SD diharapkan bisa apa, kelas V bisa apa, itu yang pertama
ditentukan. Untuk ke situ apa yang harus dilakukan? Setelah kompetensi
ditentukan, prosesnya harus ditentukan. Setelah itu cara evaluasinya harus ada,
apakah sudah tercapai atau belum. Jadi perlu standar penilaian. Jadi mata
pelajaran itu sesuatu yang kecil saja, suatu akibat saja.
Apa bedanya
kurikulum yang dulu dengan yang sekarang? Kurikulum yang lama pun ada standar
kompetensi, ada isinya, proses, dan penilaian. Dari situ kita review
semua, sejak 2011 sudah kita review. Ketika ramai-ramainya PPKN, kita
pelajari semua. Pendekatannya kita ubah. Kalau dulu mata pelajaran dulu
ditetapkan, baru kompetensinya, sekarang kita ubah, kompetensinya dulu
ditetapkan, baru menyusul mata pelajarannya.
Pendekatannya
adalah scientific-approach, atau pendekatan ilmiah.
Pertanyaan : Mengapa kurikulum harus berubah?
Mendikbud : Yang paling mendasar, adik-adik
kita didik ini untuk apa? Yang paling utama kan untuk mereka sendiri, yang
nantinya akan kembali untuk keluarga, bangsa, dan negara. Kapan itu?
kalau anak sekolah sekarang, itu bukan untuk sekarang. Agar mereka bisa hidup
untuk nanti. Jaman itu nanti berubah, jadi harus dimulai dari sekarang. Kalau
kita tidak berubah kita akan menghasilkan generasi yang usang. Generasi yang
akan menjadi beban, dan juga tidak terserap di dunia kerja.
Pertanyaan : Bagaimana tentang anggapan ganti
menteri ganti kurikulum?
Mendikbud : Saya dihadapkan pada 2 pilihan:
Apakah mempertahankan tidak usah ganti kurikulum biar ga dibilang ganti menteri
ganti kurikulum, atau kedua tidak apa-apa ganti kurikulum asal ada landasan.
Saya memilih yang kedua, ganti kurikulum nggak apa-apa asal punya pijakan.
Kalau ini dilakukan, saya yakin kurikulum ini tidak akan berubah dalam 4 atau 5
tahun.
Kembali ke 4
pilar di atas, penelitian menunjukkan bahwa kreativitas bisa dibangun melalui
pendidikan. Penelitian ini masih relatif baru, tahun 2011. Penelitian ini
menunjukkan 2/3 kreatifitas diperoleh melalui pendidikan, sedangkan 1/3 karena
genetik.
Bagaimana
menumbuhkan kreatifitas? Anak-anak kita ajari mengamati. Manfaatkan indrawi
untuk melihat fenomena. Tidak hanya mengamati, tetapi kita dorong untuk
bertanya. Tidak hanya bertanya, tetapi harus sampai ke menalar. Dan nanti
sampai ke mencoba, sampai ke eksperimen.
Makanya
prosesnya kita ubah. Karena prosesnya berubah, makanya jam pelajarannya
bertambah.
Obyek
pembelajarannya adalah fenomena alam, fenomena sosial, fenomena budaya. Belajar
apa saja, obyeknya pasti tiga hal tersebut. Pendekatannya kita gunakan
tematik-integratif.
Anak-anak
kecil itu kan belum bisa berfikir spesialis. Karena spesialis itu memerlukan
basic yang kuat, makanya dari awal anak-anak kita ajari berfikir utuh. Generik,
tapi generik-nya kita perkuat. Tidak pelajaran-pelajaran satu-satu. Tidak boleh
anak-anak kecil itu kita ajari spesialis.
(NW)
(NW)
Wawancara dengan Mendikbud
Terkait Kurikulum 2013 (Bagian 2)
Posted Thu,
12/06/2012 - 13:22 by sidiknas
Pertanyaan : Bagaimana tentang uji publik
kurikulum 2013 ini?
Mendikbud : Ini sesuatu yang baru, uji publik
kurikulum. Sebelumnya tidak pernah ada uji publik. Jadi ini kita lempar ke
publik. Tujuannya apa? pertama supaya publik tahu akan ada kurikulum baru,
kedua publik dapat berpartisipasi sehingga ada rasa memiliki atau self-belonging.
Dalam partisipasi ini siapa saja boleh memberi pandangan. Oleh karena itu
paling gampang kita masukkan dalam web kita http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id.
Uji publik
jalan terus ini. Secara umum tidak ada itu yang menolak. Rata-rata menyambut
baik. Tujuan uji publik itu kan untuk penyempurnaan. Makanya bahannya kita upload,
supaya publik mempelajari terlebih dahulu. Kalau ada yang komentar mata
pelajaran kita kurang fokus, coba pelajari dahulu.
Waktu uji
publik yang 3 minggu ini cukup. Tentang memilah masukan, itu teknis sekali.
Akan dikelompokkan tentang kurikulum dan tentang implementasi kurikulum.
Tentang kurikulum itu sendiri kan terdiri dari kompetensi lulusan, isi, proses,
dan penilaian. Kira-kira dari 4 itu mana yang perlu ditambahkan. Dari masukan
yang banyak tersebut, oleh tim pakar akan di-review. Tentu saja tidak
semua masukan kita terima, kalau semua masukan kita terima itu berarti nggak
mikir.
Pertanyaan : Bagaimana tentang kesiapan guru?
Mendikbud : Ujung tombaknya guru? Benar.
Bagaimana jika guru belum siap? Kita siapkan! Dalam manajemen Pareto, itu kan
ada prioritas, mencari mana lebih prioritas. Makanya kita prioritaskan mana
yang penting terlebih dahulu. Implementasinya, kita siapkan skenario
pentahapan. Tahapnya bisa kelas 1 SD, 4 SD, kelas 7, kelas 10 terlebih dahulu.
Kalau itu kita lakukan, guru yang harus dilatih tidak sejumlah total guru, yang
3 juta. Misal guru SD saja 1,6 juta, yang kita latih sepertiga dari 1,6 juta
itu, dikurangi guru agama, guru Pendidikan Jasmani, jadi cuma sekitar 300 ribu,
itu masuk akal. Kita setiap tahun mengadakan sertifikasi sekitar 300 ribu.
Pertanyaan : Apakah bukunya berubah?
Mendikbud : Konsekuensi bukunya berubah. Apa
tidak boleh mengadakan buku? Ya tentu harus! Asalnya yang penting: 1. Jangan
dibebankan kepasa siswa atau orang tua siswa; 2. Di dalam pelaksanaannya
pengadaan buku harus bisa dipertanggungjawabkan, transparan saja. Buku
masternya kita siapkan, jadi bisa diuji isinya benar atau salah. Kemudian kita
tender-kan, terbuka. Dan siapapun bisa mengawasi.
Dananya bisa
dari dana alokasi khusus (DAK), yang memang tiap tahun ada DAK pengadaan buku.
Dan juga dari anggaran kita sendiri. Estimasinya kita belum tahu. Berapapun anggarannya,
mau 100 milyar 100 trilyun, asal bisa dipertanggungjawabkan tidak masalah.
Pertanyaan : Seperti apa pengajaran
tematik-integratif?
Mendikbud : Misalnya guru menetapkan tema
pelajaran hari tentang gunung, tentang diriku, tentang lingkunganku. Tema itu
bisa berhari-hari diajarkan. Dalam tema itu ada Bahasa Indonesia, ada
Matematika diintegrasikan. Contoh temanya sungai. Guru menceritakan tentang
sungai dengan Bahasa Indonesia, diperkenalkan kosa kata tentang sungai, air,
dan lain-lain. Kemudian ditanyakan, air di sungai itu mengalir atau tidak?
kenapa? Di situ diperkenalkan ilmu pengetahuan alam. Bisa juga dikaitkan dengan
budaya, bahwa di Bali dikenal ada Subak, tentang budaya pembagian air. Air bisa
digunakan untuk pembangkit listrik. Jadi pembelajaran itu bisa hidup.
Pertanyaan : Bagaimana tentang blue-print
kurikulum jangka panjang?
Mendikbud : Apakah kita bisa membuat
kurikulum yang tidak berubah 50 tahun? Tidak ada ceritanya. Tidak ada ceritanya
kurikulum yang 50 tahun tidak berubah, bahkan yang 20 tahun tidak berubah itu
tidak ada.
Jaman itu
berubah. Apa perubahan mendasar yang dibutuhkan di masa depan? Yang paling
dibutuhkan di masa mendatang (termasuk sekarang juga dibutuhkan) yaitu
kreatifitas. Ke depan kita butuh anak-anak yang kreatif.
Wawancara dengan Mendikbud
Terkait Kurikulum 2013 (Bagian 3)
Posted Mon,
12/10/2012 - 15:20 by sidiknas
Wawancara
Mendikbud dengan wartawan PIH Kemdikbud dan Vivanews.com (Rabu 5 Desember 2012)
Kurikulum
pendidikan di Indonesia akan drastis diubah. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan telah menyusun kurikulum baru untuk tahun 2013 mendatang. Rencana
ini rupanya sudah digagas sejak 2010.
Alasan
Kementerian: kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman.
Karena zaman berubah, maka kurikulum harus lebih berbasis pada penguatan
penalaran, bukan lagi hafalan semata.
Perubahan
ini diputuskan dengan merujuk hasil survei internasional tentang kemampuan
siswa Indonesia. Salah satunya adalah survei "Trends in International Math and
Science" oleh Global Institute pada tahun 2007.
Menurut
survei ini, hanya 5 persen siswa Indonesia yang mampu mengerjakan soal
berkategori tinggi yang memerlukan penalaran. Sebagai perbandingan, siswa Korea
yang sanggup mengerjakannya mencapai 71 persen. Sebaliknya, 78 persen
siswa Indonesia dapat mengerjakan soal berkategori rendah yang hanya memerlukan
hafalan. Sementara itu, siswa Korea yang bisa mengerjakan soal semacam itu
hanya 10 persen.
Indikator
lain datang dari Programme for International Student Assessment (PISA) yang
di tahun 2009 menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar paling buncit dari 65
negara peserta PISA. Kriteria penilaian mencakup kemampuan kognitif dan
keahlian siswa membaca, matematika, dan sains. Dan hampir semua siswa Indonesia
ternyata cuma menguasai pelajaran sampai level 3 saja. Sementara banyak siswa
negara maju maupun berkembang lainnya, menguasai pelajaran sampai level 4, 5,
bahkan 6.
Satu
kesimpulan dari dua survei itu adalah: prestasi siswa Indonesia terkebelakang.
Berikut
wawancara selengkapnya:
Mengapa ada perubahan kurikulum?
Sebelum
"mengapa", kita perlu bahas lebih dulu apa itu kurikulum. Bicara
kurikulum itu pasti bicara empat hal. Pertama, standar kompetensi kelulusan.
Kedua, standar isi. Ketiga, standar proses. Keempat, pasti kita bicara standar
penilaian.
Gampangnya,
anak-anak mau kita harapkan bisa apa. Siswa SD kelas 1 itu bisa apa? Lulusan
SMP bisa apa, SMA dan seterusnya bisa apa? Ini yang kita tetapkan dulu. Dari
situ, lalu kita isi apa? Kita beri menu apa anak-anak ini.
Tapi, tidak
cukup dikasih menu saja. Prosesnya juga penting, bagaimana supaya makanan ini
bisa ditelan atau diserap oleh sang anak dengan baik. Dalam proses itu ada
metodologi, cara menyajikannya. Kalau bubur makannya pakai sendok. Kalau yang
lain bisa pakai garpu atau tangan langsung.
Itu belum
cukup. Juga penting bagaimana cara mengevaluasinya, cara penilaiannya. Nah,
kalau kita bicara kompetensi, ini yang ditekankan sekarang. Ada tiga ranah atau
domain, yaitu dari sisi sikap atau attitude, sisi keterampilan atau skill, dan sisi
pengetahuan atauknowledge. Kompetensi yang ingin kita capai adalah:
tiga-tiganya harus masuk.
Itu definisi
tentang kurikulum.
OK, lalu kenapa diubah?
Pertanyaannya
memang mengapa kok diubah-ubah? Kayak kurang pekerjaan atau kebanyakan uang.
Belum lagi pasti ada pro kontra, ganti menteri ganti kurikulum. Ini sudah kami
timbang-timbang.
Zaman ke
depan itu berubah, lho. Kalau tidak kita lakukan perubahan sekarang, nanti kita
akan memproduksi generasi yang usang, yang tidak cocok dengan zamannya
nanti. Akibatnya, nanti jadi beban. Termasuk tidak terserap di ketenagakerjaan.
Harus kita
lakukan perubahan, meski dengan risiko tidak populer. Daripada gara-gara kita
sungkan, risikonya jadi lebih mahal. Kita tahu kurikulum sekarang ini tidak bisa
diteruskan lagi. Nggak apa-apa lah nggak populer.
Kalau mau selamat, saya diam-diam saja, pasti selamat. Termasuk soal Ujian
Nasional itu, kalau mau dihapus, bisa saja dihapus. Orang pasti senang.
Tapi
mengurusi pendidikan itu kan bukan soal orang senang atau tidak.
Orang nggak senengnggak apa-apa, asalkan ada nalarnya,
ada rasionalitasnya.
Apa kekurangan mendasar dari kurikulum sekarang?
Pertama,
zaman sudah berubah. Yang dibutuhkan adalah kreativitas. Kita butuh modal
pengetahuan. Tapi, itu saja tidak cukup. Jadi harus ada unsur produktif,
kreatif, inovatif dan afektif. Ke depan kita butuh anak-anak yang seperti
itu.
Sekarang
sudah ada banyak keluhan. Anak-anak kita tidak kreatif. Kita hanya
mengejar hafalan. Bahan pelajaran sedemikian banyak, anak dijejali terus.
Lha, apa ini
harus dibiarkan? Ya, perlu kita ubah, kita perbaiki. Bukan berarti yang lama
itu salah semua. Yang lama itu benar pada zamannya. Yang kami garap ini juga
tidak ada yang berani garansi selama 20 tahun tak akan diubah lagi.
Tidak ada memang di dunia ini, kurikulum dipertahankan sampai 30 tahun. Tidak
ada.
Jadi, akan berubah dari metoda hafalan ke nalar?
Yang berubah
tentu di keempat elemen itu. Standar kompetensinya berubah, prosesnya dan
materinya juga ada yang berubah. Misalnya dari sisi proses. Pendekatannya
berubah. Kita ingin agar anak-anak jadi kreatif. Pertanyaannya, apakah
kreativitas itu bisa dibentuk atau dibangun? Ada beberapa riset yang
menunjukkan bahwa kreativitas bisa dibentuk melalui proses pendidikan. Salah
satunya adalah penelitian di Harvard University tahun 2011.
Ada dua
pertiga kesempatan membangun kreativitas melalui pendidikan. Sepertiganya
melalui faktor genetik atau bawaan. Ini berbeda dengan intelegensia yang
dua pertiganya karena faktor bawaan, sepertiga melalui pendidikan.
Idealnya,
intelegensianya tinggi, kreativitasnya juga tinggi. Tapi, kalau intelegensia
bawaannya rendah, kita bisa memainkan space
creativity. Meskipun
intelegensianya pas-pasan, kreativitasnya bisa kita manfaatkan.
Bagaimana caranya
membangun kreativitas? Tentu ada berbagai pendekatan yang bisa membangun
kreativitas itu. Caranya, mulai kecil siswa kita biasakan untuk memanfaatkan
inderawinya. Ajak mereka mengamati. Jadi, bukan main di wilayah kosong. tapi
perlu masuk ke wilayah riil sehingga setiap kejadian terekam. Misalnya, apa
yang ada di bulan sana? Kita ajak anak-anak melihat melalui teropong. Contoh
lainnya sel. Kita bisa pakai mikroskop. Baru mereka bisa mengerti apa itu sel.
Ke depan,
persoalan semakin kompleks, beda dengan 30-40 tahun lalu. Karena kompleksitas
ini, butuh kemampuan yang lebih tinggi dalam berpikir.
Mengamati
saja belum cukup. Anak harus dikembangkan kemampuan untuk bertanya. Karena dari
bertanya itulah muncul rasa penasaran intelektual. Itu saja belum cukup. Siswa
perlu kita ajari untuk berkemampuan mempresentasikan, mengkomunikasikan
sesuatu, baik tertulis ataupun lisan. Oleh karena itu kita ajari bagaimana
memformulasikan persoalan.
Oleh karena
itu, struktur mata pelajarannya pun juga berubah.
Seperti apa perubahan struktur mata pelajaran itu?
Struktur
mata pelajarannya kita tata lagi. Pendekatannya pun kita ubah. Objek
pembelajarannya kita tentukan. Pasti tentang fenomena alam, fenomena sosial,
fenomena budaya.
Pendekatannya
perlu diubah terutama untuk anak-anak SD. Anak SD belum bisa berpikir
spesialis. Tidak usah anak SD, S1 saja masih belum spesialis. Doktor baru bisa
tajam. Maka, anak-anak SD itu kita bangun kekuatan fondasi generiknya. Maka,
pendekatan yang kita lakukan di pelajaran SD adalah tematik integratif. Kita
menggunakan tema yang berintegrasi dengan berbagai macam. Misalkan tema hari
ini tentang sungai, besok ganti jadi energi atau laut, gunung, apa saja. Di
situ ada pelajaran tentang PPKN, matematika, kita integrasikan.
Jadi anak
sekolah SD nanti tidak membawa buku matematika atau buku bahasa Indonesia.
Mereka akan membawa buku dengan tema-tema tertentu. Hari ini misalnya tentang
lingkungan. Jadi pelajarannya tentang lingkungan. Jadi, berhari-hari bawa buku
tentang itu saja. Di buku itu ada matematikanya, ada bahasa Indonesianya, ada
pelajaran IPA-nya. Itu menarik buat siswa. Belajar jadi hidup.
Jadi, mata pelajaran di SD nanti apa saja?
Agama, PPKN,
bahasa Indonesia, matematika, seni dan budaya, olahraga dan pendidikan
kesehatan. Itu mata pelajarannya. Tetapi meskipun ada nama-nama mata pelajaran
itu, pendekatannya tidak belajar sendiri-sendiri. Diintegrasikan.
Proses belajar di kelas seperti apa?
Biasa saja.
Secara teknis biasa. Guru menjelaskan. Tapi, selalu pendekatannya adalah observasi
sehingga tidak harus di dalam kelas. Anak-anak bisa diajak keluar kelas.
Kenapa menurut survei kemampuan nalar siswa kita lebih
rendah dibanding siswa Korea?
Itu jadi
bahan introspeksi kita. Kita berangkat dari TIMSS 2007 (Trends in
International Mathematics and Science Study). Nanti di tahun 2013 akan keluar
hasil survei tahun 2012. Saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Makanya
kenapa ini sangat penting, bahkan genting. Kita masuk pada fase penting dan
genting. Karena itu harus segera diubah.
Kalau tidak,
atau menunda satu tahun saja, ada 10 juta anak kelas 1 SD yang tidak
mendapatkan kesempatan. Siswa kelas 1 dan kelas 4 itu sekitar 10 juta. Sayang
anak-anak kita. Karena itu kita harus all out.
Uji publik
yang direncanakan ini belum pernah ada dalam sejarah pembuatan kurikulum. Ini
kita lakukan secara terbuka. Tapi sekali lagi kami mengajak agar pendekatannya
saintifik, akademik. Jangan pakai pendekatan politik. Sudah ada 600 lebih yang
memberi tanggapanonline, di http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id. Di situ ada diskusi virtual.
Silakan memberikan masukan. Silakan sempurnakan.
Bagaimana implementasinya?
Ini
perlu effort yang luar biasa. Kami siap diaudit. Ini semata-mata
untuk kepentingan masa depan. Untuk implementasinya, kami punya beberapa
skenario. Salah satu yang menguat adalah secara bertahap.
Jadi, mulai
tahun depan kita mulai dari kelas 1 dan kelas 4. Kalau kita mulai dari kelas 6,
anak-anak kan dari kelas 1 sudah menggunakan pendekatan yang lama. Tahu-tahu
dikasih yang baru, ya nggak nyambung. Karena itu guru yang kita latih
pun tidak semua, yang mengajar kelas 1 dan 4 saja.
Guru SD kan
ada 1,6 juta. Kalau kita latih semuanya, untuk apa? Tahun depan kelas 1 dan
kelas 2, lalu kelas 4 dan kelas 5. Yang kelas 4 kan sudah naik ke kelas 5.
Sehingga yang kita perlukan selanjutnya kelas 2 dan kelas 5.
Kalau satu
tahun mau diperpanjang lagi, baru kelas 3 dan kelas 6. Berarti, 3 tahun lunas
untuk SD. Ada masa 3 tahun untuk menyiapkan itu. Tidak semuanya diselesaikan di
2012. Kami paham kemampuan kami, selain dari sisi pendekatan juga tidak
pas.
SMP dan SMA
juga begitu.
Ini sudah
kita siapkan semua. Kalau kita berpikir jernih, memang harus begitu. Karena
keluhan soal metoda hafalan ini sudah lama.
Perubahan ini akan membawa hasil yang lebih baik?
Hasil
pendidikan itu saya ibaratkan kotak. Bagaimana caranya kita menjadikan kotak
ini jadi sebesar-besarnya? Bagi orang teknik gampang sekali: panjang, lebar dan
tingginya ditambah.
Nah, jadi
panjangnya kita tambah. Tahun depan, insya Allah sudah dimulai pendidikan wajib
12 tahun. Lebarnya juga kita naikkan. Ini lama anak-anak tinggal di sekolah,
atau jam belajar. Konsekuensinya jam belajar bertambah, karena pendekatannya
berubah. Tinggi kotak itu efektivitas. Ini kuncinya di kurikulum.
Populasi
usia produktif kita sekarang luar biasa besar. Warga berusia muda luar biasa
banyaknya. Kalau tidak kita siapkan sejak sekarang, kasihan mereka. (kd)
Tidak Menghapus Mata Pelajaran
Posted Fri,
12/14/2012 - 07:02 by sidiknas
Ada
kekhawatiran pada masyarakat jika Kurikulum 2013 diterapkan akan ada
penghapusan beberapa mata pelajaran. Kekhawatiran ini dijawab Mendikbud
Mohammad Nuh, bahwa tidak ada penghapusan mata pelajaran, yang ada hanya
pengintegrasian mata pelajaran.
Mata
pelajaran IPA dan IPS di sekolah dasar (SD) diintegrasikan ke dalam semua mata
pelajaran. Pengintegrasian ini dilakukan karena penting, serta menyesuaikan
zaman yang terus mengalami perkembangan pesat.
Hadirnya
kurikulum baru bukan berarti kurikulum lama tidak bagus. Kurikulum 2013
disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan.
Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.
Pergeseran paradigma belajar abad 21 dan kerangka kompetensi abad 21 menjadi
pijakan di dalam pengembangan kurikulum 2013.
Gambar 1 dan
gambar 2 menunjukkan kerangka komptensi abad 21 yang menjadi dasar di dalam
pengembangan kurikulum 2013.
Ada
empat standar dalam kurikulum yang mengalami perubahan,
meliputi standar kompetensi lulusan, proses, isi, dan
standar penilaian. Terhadap perubahan itulah maka rumusan standar
kelulusan (SKL) pun berubah. Gambar 3
menunjukkan ruang lingkup SKL. Sedang gambar 4
dan gambar 5 berturut-turut tentang SKL Rinci dan SKL Ringkas.
Keberhasilan Kurikulum 2013
Posted Wed,
12/26/2012 - 10:11 by sidiknas
Sedikitnya
ada dua faktor besar dalam ke berhasilan kurikulum 2013. Pertama, penentu,
yaitu kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dengan
kurikulum dan buku teks. Kedua, faktor pendukung yang terdiri dari tiga unsur;
(i) ketersediaan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang
mengintegrasikan standar pembentuk kurikulum; (ii) penguatan peran pemerintah
daam pembinaan dan pengawasan; dan (iii) penguatan manajemen dan budaya
sekolah.
Berkait
dengan faktor pertama, Kemdikbud sudah mendesain strategi penyiapan guru sebagaimana
digambarkan pada skema penyiapan guru yang meibatkan tim pengembang kurikulum
di tingkat pusat; instruktur diklat terdiri atas unsur dinas pendidikan, dosen,
widyaswara, guru inti, pengawas, kepala sekolah; guru utama meiputi guru
inti, pengawas, dan kepala sekolah; dan guru mereka terdiri atas guru kelas,
guru mata pelajaran SD, SMP, SMA, SMK.
Pada diri
guru, sedikitnya ada empat aspek yang harus diberi perhatian khusus dalam
rencana implementasi dan keterlaksanaan kurikulum 2013, yaitu kompetensi
pedagogi; kompetensi akademik (keilmuan); kompetensi sosial; dan kompetensi
manajerial atau kepemimpinan. Guru sebagai ujung tombak penerapan kurikulum,
diharapkan bisa menyiapkan dan membuka diri terhadap beberapa kemungkinan
terjadinya perubahan.
Kesiapan
guru lebih penting daripada pengembangan kurikulum 2013. Kenapa guru menjadi
penting? Karena dalam kurikulum 2013, bertujuan mendorong peserta didik, mampu
lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
mengkomunikasikan (mempresentasikan), terhadap apa yang mereka peroleh atau
mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran.
Melalui
empat tujuan itu diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif.
Disinilah guru berperan besar di dalam mengimplementasikan tiap proses
pembelajaran pada kurikulum 2013. Guru ke depan dituntut tidak hanya cerdas
tapi juga adaptip terhadap perubahan.
Presiden Minta Sosialisasi Kurikulum 2013 Dilakukan Secara Masif
02/19/2013 (All day)
Jakarta --- Kurikulum 2013 memasuki tahap
sosialisasi implementasi. Setelah melalui sidang kabinet paripurna, Senin
(18/02) kemarin, Kemdikbud telah menerima lampu hijau dari Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono untuk mensosialisasikan kurikulum 2013.
“Bapak Presiden menyampaikan, yang harus segera dilakukan
adalah sosialisasi kurikulum supaya dilaksanakan secara masif. Artinya, secara
substansi beliau sudah bisa memahami bahwa kurikulum 2013 ini penting,” kata
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh, mengulang ucapan
Presiden SBY, saat ditemui di ruang kerjanya, Kemdikbud, Jakarta, Selasa
(19/02/2013).
Mendikbud mengatakan, implementasi kurikulum 2013
diterapkan kepada sekolah-sekolah yang siap melaksanakannya. Adapun ketentuan
kesiapan sekolah diukur dengan mempertimbangkan sejumlah faktor. Pertama,
kesiapan dari sisi kelengkapan sekolah. “Maksudnya kelas 1-6 ada. Kan ada
sekolah yang belum komplit. Misalnya, sekolah baru (berdiri) itu ada sampai
kelas 5 saja,” katanya.
Kedua, akreditasi sekolah. Akreditasi, kata Mendikbud,
dinilai mulai dari kelembagaannya sampai tenaga pendidiknya. Menejemen dan
sarana prasaranya. “Itu dilihat semua, termasuk prestasi sang anak di sekolah.
Itu bagian akreditasi, sehingga dari sisi kelembagaan kalau akreditasi A atau B
mestinya sudah siap.,” katanya.
Berdasarkan data Kemdibud, jumlah SD yang terakreditasi A
dan B sebanyak 71,5 persen, sedangkan akreditasi C sebanyak 24 persen. “Kalau
kita ambil 30 persen kan masih banyak. Saya mendorong tidak hanya A dan B, tapi
termasuk yang C,” kata Menteri Nuh.
Rembuknas 2013 Terbaik Resmi
ditutup Mendikbud
02/12/2013
(All day)
Kota
Depok—Penyelenggaraan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013
sebagai ajang pertemuan tahunan pemangku kepentingan di bidang
pendidikan resmi ditutup Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh. Di
awali dengan laporan Sekretaris Jenderal Ainun Na’im, mengatakan bahwa
peserta rembuknas yang semula direncanakan sebanyak 1003 orang ternyata
setelah di hitung panitia pada saat pendaftaran bertambah menjadi 1153
orang, hal ini menandakan betapa besarnya keinginan para pemangku
kepentingan dibidang pendidikan dan kebudayaan untuk berpartisipasi di ajang
tahunan ini.
Ainun Na’im
menambahkan dari jumlah peserta yang begitu banyak terdapat peserta yang
berkunjung ke klinik kesehatan yang disiapkan oleh panitia sebanyak 232 orang.
Semuanya itu tidak ada yang sakit keras hanya merasa kelelahan yang datang dari
tempat jauh dan mengikuti pertemuan secara maraton. Panitia telah menyiapkan
fasilitas yang baik kepada semua peserta rembuknas karena mereka datang
dari jauh sebut Na’im.
Sementara
itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh dalam
sambutannya setelah sekretaris jenderal, diawali dengan mengatakan bahwa
penyelenggaraan rembuknas 2013 ini adalah penyelenggaraan rembuknas terbaik
dalam 3 tahun terakhir ini imbuhnya saat menutup rembuknas Selasa sore, 12
Februari 2013 di Gedung Garuda, Pusbangtendik, Bojongsari, Depok dan
mengucapkan terima kasih kepada peserta karena rembuknas ini adalah juga
merupakan ajang pertemuan silaturahim bagi peserta berbagai daerah yang banyak
memberikan masukan dan solusi dalam menyelesaikan berbagai persoalan di dunia
pendidikan dan kebudayaan saat ini. Sesuai dengan tema rembuknas tahun
ini "Menuntaskan Program Prioritas Pendidikan dan Kebudayaan tahun
2013-2014". Dari sisi kesiapan, panitia telah memberikan layanan
terbaik untuk peserta rembuknas yang datang dari jauh, untuk itu Mendikbud
mengucapkan terima kasih kepada panitia dan para peserta yang sangat serius
mengikuti selama pertemuan berlangsung.
Nuh
menyampaikan rembuknas ini adalah kegiatan yang sangat penting dan strategis
karena membahas program dan kebijakan pendidikan dan kebudayaan sehingga dapat
dituntaskan karena semua pekerjaan sudah dibagi habis dengan baik. Mendikbud
berpesan yang paling mahal dalam rembuknas 2013 ini adalah "tindak
lanjut". Untuk itu diminta semua pemangku kepentingan dibidang
pendidikan dan kebudayaan dapat menindaklanjuti hasil rembuknas ini sesuai
tugas masing-masing sahutnya. (ST/JS)
Guru Sasaran Pelatihan
Kurikulum 2013 Telah Ditetapkan
02/12/2013
(All day)
Kota Depok
--- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah menetapkan para
guru calon peserta pelatihan implementasi kurikulum 2013. Mereka nantinya yang
akan melaksanakan kurikulum pada satuan pendidikan. “Para guru yang akan
menjalankan kurikulum ini dipastikan dilatih,” kata Wakil Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim saat memberikan pengantar
diskusi sidang komisi I yang membahas persiapan implementasi kurikulum 2013 pada
Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2013 di Pusat Pengembangan
Tenaga Kependidikan (Puspangtendik), Bojongsari, Depok, Jawa Barat, Senin
(11/2).
Musliar
menyebutkan, untuk jenjang sekolah dasar (SD) guru sasaran pelatihan sebanyak
lima orang guru per satu rombongan belajar termasuk kepala sekolah. Guru yang
dilatih adalah guru kelas 1, guru kelas 4, guru agama, dan guru pendidikan
jasmani di masing-masing sekolah yang sudah terpilih. “Guru sasaran adalah guru
yang akan melaksanakan kurikulum itu sendiri,” katanya.
Adapun untuk
jenjang sekolah menengah pertama (SMP) meliputi kepala sekolah, guru agama,
guru pendidikan jasmani, guru seni budaya, guru IPA, guru IPS, guru bahasa
Inggris, guru bahasa Indonesia, guru PKN , guru matematika, dan guru prakarya .
“Mata pelajaran di SMP disederhanakan menjadi 10. Guru yang akan dilatih 11
orang guru untuk kelas VII,” kata Musliar.
Khusus untuk
mata pelajaran IPS, sekolah harus memilih salah satu guru yaitu guru sejarah,
guru geografi, atau guru ekonomi. Demikian juga halnya untuk mata pelajaran
IPA. Selain guru, pengawas juga diberikan pelatihan. Bagi guru yang mengajar
tidak hanya di kelas VII saja, tetapi juga mengajar di kelas VIII dan IX harus
memprioritaskan mengajar di kelas VII terlebih dahulu.
“Sepanjang
sudah semua kelas VII itu diajarnya, kalau masih belum cukup mengajar, silakan
mengajar di kelas VIII, tetapi materi yang akan diajarkan di kelas VII harus
didapatkan oleh murid dengan guru yang sudah kita latih tersebut,” kata Wamen.
Adapun untuk
jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) jumlah
guru yang dilatih minimal sebanyak lima orang termasuk kepala sekolah meliputi
guru matematika, guru bahasa Indonesia, guru sejarah, dan guru bimbingan
konseling (BK). “Kenapa guru BK perlu dilatih ? karena guru BK ini ke depan
akan berperan besar terutama di dalam menentukan peminatan yang akan dipilih
oleh siswa,” katanya.
Seperti
diketahui, pada jenjang SMA tidak akan ada lagi penjurusan IPA, IPS, dan bahasa
seperti dilaksanakan sekarang ini. Melainkan berupa peminatan yang dipilih oleh
peserta didik. Pemilihan peminatan dilakukan saat baru mulai masuk sekolah.
“Pertama masuk mereka akan mendapatkan sembilan mata pelajaran pokok. Kemudian
ditambah dengan empat mata pelajaran peminatannya dan dia diberikan kesempatan
untuk memilih dua mata pelajaran berikutnya,” kata Musliar.
Musliar
mengatakan, karena keterbatasan waktu dan dana yang tersedia untuk tahun 2013
maka pada jenjang SMA dan SMK baru bisa menyediakan tiga buku yaitu bahasa
Indonesia, matematika, dan sejarah. “Nanti kalau punya dana di APBN-P, semua
guru akan dilatih walaupun belum akan menerapkan karena bukunya belum
tersedia,” katanya. (ASW)
Sekolah Pelaksana Kurikulum
2013 Ditetapkan
02/12/2013
(All day)
Kota Depok—Sekolah-sekolah pelaksana kurikulum 2013 telah
ditetapkan. Pada jenjang sekolah dasar (SD) sebanyak 44.609 sekolah dan
pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 36.434 sekolah
dengan jumlah siswa kelas VII sebanyak 3.250.717. Adapun pada jenjang sekolah
menengah atas (SMA)sebanyak 11.535 sekolah dengan jumlah siswa kelas X
sebanyak 1. 420.933, sedangkan sekolah menengah kejuruan (SMK) sebanyak
9.875 sekolah dengan jumlah siswa kelas X sebanyak 1.131.549.
Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim saat memberikan pengantar diskusi
sidang komisi I yang membahas persiapan implementasi kurikulum 2013 pada Rembuk
Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2013 di Pusat Pengembangan Tenaga
Kependidikan (Puspangtendik), Bojongsari, Depok, Jawa Barat, Senin (11/2/2013)
kemarin.
“Sudah tetapkan sekolahnya, tetapi boleh mengganti
berdasarkan kesiapan sekolah,” kata Musliar.
Musliar menyebutkan, kriteria penetapan sekolah
meliputi mencakup semua wilayah provinsi dan kabupaten/kota, negeri dan swasta,
ketersediaan guru dan sarana prasarana, serta status akreditasi. “Jadi tidak
ada piloting. Semua kabupaten/kota harus melaksanakan kurikulum 2013,” katanya.
Penetapan sekolah negeri dan swasta dilakukan secara
proporsional. Hal ini, kata Musliar, dilakukan untuk memberikan kesempatan
kepada semua sekolah. “Boleh diganti, tetapi jangan sampai menimbulkan
kecemburuan kepada sekolah swasta andaikata mereka tidak mendapatkan,” katanya.
Setelah penetapan sekolah ini, kata Musliar, tim
kurikulum 2013 akan menyiapkan buku kelas 1 SD sebanyak delapan tema dan buku
kelas 4 SD sebanyak sembilan tema ditambah enam buku agama. Wamen meminta
kepada dinas untuk mendata dan memberikan informasi agar pada saat mengirimkan
buku agama bisa tepat sasaran dan tepat jumlah. “Satu tema akan diajarkan
selama lebih kurang empat minggu,” katanya.
Kemudian, kata Musliar, masuk tema dua selama lebih
kurang empat minggu juga, sehingga satu tahun anak kelas satu ini hanya
mempelajari delapan tema tersebut. “Diajarkan secara terintegratif semuanya di
dalam buku tema tersebut,” katanya. (ASW)
Wapres: Implementasi Kurikulum
2013 Jangan Molor
02/11/2013
(All day)
Kota Depok
--- Pemerintah berencana mengimplementasikan kurikulum 2013 mulai Tahun
Pelajaran 2013/2014 pada Juli mendatang. Wakil Presiden RI Boediono meminta
agar dalam persiapannya tidak hanya terkait buku, guru, dan infrastruktur,
tetapi juga isinya.
Menurut
Wapres, meskipun secara operasional lancar, tetapi kalau isinya tidak
dirumuskan dengan baik maka hasilnya tidak optimal. Dia meminta agar
implementasi kurikulum dilakukan secara bertahap. “Tetapi perlu kita ingat,
jangan molor karena yang rugi generasi muda. Begitu molor pasti ada korban,
sebagian generasi kita tidak bisa menerima manfaat dari kurikulum baru,”
katanya pada pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2013 di
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan (Puspangtendik), Bojongsari, Depok, Jawa
Barat, Senin (11/2/2013).
Wapres
mengatakan, persiapan dan keinginan untuk melaksanakan kurikulum tidak harus
dilakukan sekaligus. Hal ini, kata dia, mengingat banyaknya jumlah peserta
didik, sekolah, dan guru. Dia memperkirakan, kurun waktu tiga tahun untuk
menyelesaikan implementasi kurikulum 2013 dianggap cukup selama dikerjakan
dengan benar. “Kita harus realistis, tidak mungkin dilaksanakan sekaligus. Saya
mendukung kurikulum 2013, kita semua berusaha sekeras-kerasnya,” katanya.
Sementara
terkait isi kurikulum, Wapres menyerahkan hal tersebut kepada ahlinya. Namun,
dia mengingatkan, ada keseimbangan antara kemampuan hardskills dan kemampuan
softskills. Wapres mencontohkan, kemampuan hardskills adalah kemampuan teknis
seperti penguasaan matematika, sedangkan kemampuan softskills adalah kemampuan
untuk menjadi manusia yang baik seperti mampu bekerja dalam tim dan memiliki
toleransi terhadap pandangan yang berbeda. “Ini intinya dan itu fokus kurikulum
mendatang,” katanya.
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh menyampaikan, kurikulum 2013
mendapatkan respon positif dari para pelaku utama dunia pendidikan yaitu guru,
kepala sekolah, pengawas, dan pengelola pendidikan. Sambutan baik, katanya,
juga datang dari orang tua. “Kami yakin anggota Komisi X pada akhirnya
memberikan pandangan yang sama. Oleh karena itu, ini menjadi tantangan
tersendiri bagi Kemdikbud untuk menyiapkan segala sesuatunya dengan lebih
baik,” katanya. (ASW)
Naskah Soal dan Lembar Jawaban
UN Gunakan Barcode
02/12/2013
(All day)
Kota Depok— Kualitas penyelenggaraannya Ujian
Nasional (UN) tahun ini semakin ditingkatkan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari potensi kecurangan sekaligus memperkuat kelemahan pelaksanaan di
sekolah.
Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemdikbud Khairil Anwar Notodiputro
menyampaikan, mulai tahun ini naskah soal UN dengan lembar jawaban tidak
terpisah. Jika pada tahun lalu peserta didik dapat menggunakan lembar jawaban
temannya karena terpisah, mulai tahun ini naskah soal dengan lembar jawaban UN
(LJUN) merupakan satu kesatuan. “Naskah soal dan lembar jawaban UN menggunakan
sistem barcode,” katanya memberikan keterangan pers di sela-sela kegiatan
Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayan (RNPK) 2013 di Pusat Pengembangan
Tenaga Kependidikan, Depok, Selasa (12/2).
Khairil
menjelaskan, dengan menggunakan barcode, maka peserta ujian tidak dapat saling
tukar kode soal seperti tahun lalu. Dia mengungkapkan, kalau keduanya dipisah
maka peserta didik akan menjawab soal secara salah, yang tidak cocok dengan
lembar jawaban UN-nya. “Bayangkan kalau keliru, LJUN A dengan soalnya B, pasti
jelek sekali nilai si anak,” katanya.
Oleh karena
itu, dalam sosialisasi pihaknya menekankan agar jangan sampai lembar jawaban
ujian tertukar. Jika lembar jawaban rusak agar minta diganti berikut soalnya.
“Jangan hanya meminta lembar jawabannya saja,” katanya.
Demikian
sebaliknya, kalau naskah soal rusak jangan hanya minta diganti naskah soal,
harus meminta ganti naskah soal beserta LJUN. “Karena merupakan satu
paket dan ada kode yang saat dipindai (scan) akan ketahuan lembar LJUN
mengacu soal yang mana,” katanya.
Hal senada
disampaikan Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Teuku Ramli
Zakaria. Dengan barcode, kata dia, peserta didik tidak perlu lagi menulis kode
soal. “Kode soal tidak akan sama dengan yang lain karena berdasarkan barcode,”
katanya.
Khairil
menambahkan, persiapan UN sampai saat ini sampai pada merakit soal dan
diharapkan cepat selesai. Adapun jumlah soal sebanyak 20 paket untuk setiap
ruang ujian berisi 20 peserta. Meski demikian, kata dia, jumlah variasi paket
soal tiap provinsi sebanyak 30 buah. “Soal untuk kelas A dan kelas B bisa
berbeda karena dibuat 30 paket soal, tetapi dalam ruangan tetap 20 soal,”
katanya. (ASW)
Adapun jumlah sekolah akreditasi A dan B untuk jenjang
sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 73,7 persen dan tidak
terakreditasi empat persen. Sementara akreditasi A dan B jenjang sekolah
menengah atas (SMA) sebanyak 74 persen dan SMK 84 persen.
“Datanya sudah diberikan ke kabupaten kota saat Rembuknas.
Kabupaten diminta verifikasi. Nanti buku-buku atau pelatihan kita siapkan.
Termasuk nama guru yang kita latih datanya sudah kita siapkan,” katanya.
Ketiga, kesiapan guru. Kualifikasi guru yang sudah S1 atau
D4 dipertimbangkan. Dan yang terakhir adalah menejemen tata kelola sekolah
tersebut. “Kami (Kemdikbud) punya data-data sekolahnya. Ini kami serahkan ke
kabupaten/kota untuk diverifikasi. Benar siap atau tidak sekolah tersebut,”
katanya.
Setelah melalui proses verifikasi, Mendikbud menambahkan,
ada kemungkinan perubahan jumlah SD di kabupaten/kota yang akan melaksanakan
kurikulum 2013. Komposisi SD negeri dan swasta di suatu kabupaten yang
melaksanakan kurikulum 2013 dihitung dengan metode proporsional. Berapa
perbandingan sekolah negeri dan swasta yang ada di daerah tersebut, kemudian
dikalikan 30 persen "Minimumnya kan 30 persen. Tapi kalau mereka sanggup
mendanai sisa dari 30 persen itu, ya bisa saja,” ucapnya.
Yang penting, kata Menteri Nuh, adalah keinginan
(willingness) para guru untuk melaksanakan kurikulum 2013. Dari sisi organisasi
kelembagaan, lanjutnya, belum ada pihak yang meminta kurikulum 2013 ini
ditunda. “Kalau perorangan bisa jadi. Tapi kelembagaan yang harus dipegang,
mereka hanya minta dipersiapkan dengan baik,” tuturnya.
Mendikbud menyebutkan, dalam kurikulum 2013, ada tiga
bagian penting yang tidak boleh terpisahkan. Yaitu dari sisi kurikuler,
kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Sisi kurikuler adalah kurikulum yang
digunakan, kokurikuler berupa pendalaman, dan ekstra kurikuler yang menjadi
kegiatan siswa di luar jam belajar. “Ketiganya itu satu kesatuan utuh. Intinya,
apa yang didapatkan anak bisa optimum. Karena belajar itu tidak cukup hanya di
sekolah,” katanya. (AR/ASW)
Keterangan : foto diambil dari http://presidenri.go.id
Indeks Berita