Budidaya Ternak Sapi Potong
22_04
Edit
KEUTAMAAN BETERNAK SAPI POTONG/DAGING
Ternak sapi potong mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena ternak ini mempunyai beberapa fungsi antara lain:
1. Sebagai sumber protein hewani yang berkualitas tinggi.
2. Sebagai sumber tenaga kerja.
3. Sebagai alat transportasi.
4. Sumber pupuk kandang.
5. Sebagai tabungan yang sewaktu-waktu bisa dijual.
6. Sebagai sumber bahan baku industri.
7. Sebagai hewan yang dibutuhkan dalam upacara keagamaan.
Melihat fungsinya yang begitu besar, maka sepatutnya ternak ini mendapat perhatian \supaya populasinya tetap terjaga. Dewasa ini populasi sapi potong cenderung menurun dari tahun ke tahun sehingga terjadi kekurangan populasi dalam negeri, sehingga terpaksa harus diimport dalam jumlah yang cukup besar. Ada beberapa bangsa sapi potong/daging yang dapat ditemukan di Indonesia antara lain: sapi Bali, sapi Madura, sapi Onggole dan sapi Brahman.
Disamping itu ada beberapa bangsa sapi potong yang sudah diimport ke Indonesia baik sebagai ternak hidup maupun dalam bentuk semen (mani) beku untuk disilangkahn dengan ternak-ternak lokal. Sapisapi tersebut antara lain; Limousin, Aberden angus, Shorthorn, Hereford dll. Memelihara sapi potong termasuk usaha tani yang cukup menguntungkan. Sebagai illustrasi, usaha penggemukan sapi Bali. Dengan pakan sederhana bisa diperoleh pertambahan berat badan 0,5 kg/ekor/hr.Jika harga berat hidup @ Rp 25.000/kg maka kita bisa memperolehkeuntungan Rp. 12.500/ekor/hari atau Rp. 375.000/ekor/bulan.
2. PEMELIHARAAN TERNAK SAPI POTONG/DAGING
a. Pemilihan ternak
Langkah pertama adalah menentukan jenis sapi potong yang akan dipelihara, bangsa sapi lokal (sapi Bali, sapi Madura dll) atau import (sapi Brahman, Shorhorn dll). Faktor utama yang perlu dipertimbangkan adalah sarana dan prasarana yang dimiliki. Memelihara sapi lokal memerlukan sarana dan prasarana yang lebih sederhana dibandingkan dengan jika memelihara sapi import. Setelah menentukan jenis sapi akan dipelihara, maka langkah selanjutnya adalah menentukan sapi yang termasuk bibit unggul dengan kriteria sebagai berikut:
- Pertumbuhan sapi sesuai dengan umurnya.
- Bentuk tubuh yang seimbang.
- Telah diketahui sifat baiknya. Pandai mengasuh anak waktu melahirkan.
- Dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
b. Kandang
Daerah yang padang rumputnya masih cukup luas, sapi-sapi masih bisa dipelihara secara ekstensif (dibiarkan berkeliaran di padang rumput mencari pakan sendiri tanpa diberi fasilitas kandang). Namun bagi daerah yang lahan untuk ternak sudah sangat terbatas, fungsinmengganggu kepentingan manusia. Persyaratan kandang sapi sbb:
- Terbuat dari bahan-bahan yang murah tetapi kuat. E- Terang dan ventlasinya bagus. E- Atap genting/rumbia/lalang.
- Lantai sebaiknya disemen atau dipadatkan.
- Ukuran kandang disesuaikan dengan jenis dan jumlah sapi yang bo dipelihara. Seekor betina membutuhkan kandang seluas 3,5 m2
(1,4-1,6 m x 1,8–2 m). Sedang untuk sapi jantan seluas 12 m2 dan untuk pedet 1,2 m2. Luasan ini masing-masing sudah termasuk tempat makan dan minum.
c. Pakan
Pemberian pakan pada sapi disesuaikan dengan umur(pedet atau dewasa) dan tujuan pemeliharaannya (pejantan, induk atau untuk penggemukan). Kebutuhan pakan sapi sekitar 3 % dari berat hidupnya. Makanan utama sapi adalah rumput hijau/segar dan rumput kering atau jerami. Selain hijauan ini sapi juga membutuhkan pakan tambahan atau konsentrat, terutama jika sapi tersebut dalam pertumbuhan dan menyusui.
1. Pemeliharaan pedet: Pemberian makanan pedet secara berangsur angsur harus ditambah jumlahnya. Sampai umur 1 bulan sebaiknya indukya masih diberi konsentrat 3 kg/hr. Setelah pedet umur 1 bln, mulai diberi konsentrat 0,25 kg/hr dan secara berangsur-angsur tiap bulan ditambah 0,25 kg/hr sehingga menjelang disapih umur 6 bulan mencapai 1 kg/hari.
2. Pemeliharaan pejantan: Pejantan sebaiknya diberi tempat olah raga atau latihan sehingga kondisi kesehatannya tetap terjaga.Diberi konsentrat 3 kg/hari dan rumput sekitar 30-40 kg/hari.
3. Penggemukan sapi: Pemeliharaan ternak sapi yang ditujukan untuk biasanya digunakan untuk penggemukan yakni:
- Pasture fattening: Sapi-sapi dibiarkan merumput pada padang rumput yang kualitasnsya tinggi sehingga tidak perlu ada konsentrat.
- Dry lot fattening: Pemberian makanan dalam kandang yang mengutamakan pemberian biji-bijian (jagung, dan kacangkacangan) Kombinasi dry lot dan pasture fattening.
d. Penyakit
Untuk mencegah terjadinya penyakit maka perlu langkah-langkah :
1. Bila hendak memasukkan sapi baru kedalam kelompok yang ada, pilihlah sapi yang sehat.
2. Air tergenang harus segera dialirkan dan dikeringkan.
3. Pisahkan sapi-sapi yang dicuragai sakit.
4. Adakan testing regular terhadap penyakit-penyakit tertentu
seperti brucellosis.
5. Adakan program vaksinasi.
6. Adakan inspeksi terhadap peralatan kandang secara teratur.
7. Luka-luka segera diobati.
8. Lakukan penyemprotan terhadap parasit eksternal.
3. PENGEMBANGBIAKAN
Untuk memudahkan penanganan ternak maka kelahiran anak dengan umur relative bersamaan perlu diupayakan. Oleh sebab itu musim kawin perlu diatur hanya terjadi sekitar 4 bulan saja. Selama 4 bulan ini sekitar 80 % ternak sudah bunting. Bila perkawinan alam, tugas untuk mencari betina yang berahi dilakukan oleh jantan sendiri. Namun jika perkawinan dengan memakai teknik inseminasi buatan (IB), maka deteksi berahi dilakukan oleh petani atau inseminator. Tanda-tanda berahi yang sering nampak adalah; gelisah, keluar lendir dari vagina, diam bila dinaiki. Berahi ini biasanya berlangsung singkat yakni sekitar 24 jam. Bila tidak dikawinkan, maka berahi ini akan terulang lagi sekitar 3 minggu kemudian. Lama kebuntingan sekitar 285 hari: Munculnya berahi pertama setelah kelahiran sekitar 2-3 bulan. Munculnya pubertas sekitar umur 8-12 bulan. Sebaiknya ternak betina dikawinkan jika telah mencapai dewasa tubuh. Perkawinan menggunakan teknik IB mempunyai beberapa keunggulan jika dibanding dengan kawin alam antara lain: - Mengurangi biaya pemeliharaan pejantan. - Memperoleh keturunan ternak yang kualitas genetisnya tinggi. - Memungkinkan terjadinya perkawinan yang berbeda ukuran
tubuhnya. - Memungkinkan perkawinan antara ternak lokal dengan pejantan
impor melalui impor semen beku. - Menghindari inbreeding.